x

Indonesia’s Climate Change Mitigation Efforts in the Energy Sector

Bali - Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam mitigasi perubahan iklim dengan menggelar dan memimpin konferensi bertajuk “Indonesia’s Climate Change Mitigation Efforts in the Energy Sector" di The Sakala Resort, Bali, pada 5-7 Agustus 2024. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Summit 2024. 

Sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim menyadari pentingnya transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan. Selama ini, sektor energi yang didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil menjadi fokus utama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Mengusung tema “Media Menyelamatkan Nyawa” KTT kali ini menekankan pada peran penting media dalam mengurangi dampak bencana iklim. Perubahan iklim yang memperburuk frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem ini mendesak untuk meningkatkan kemampuan peringatan dini dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana di seluruh kawasan Asia-Pasifik. Media kini dianggap sebagai mitra, bukan sekadar 'mikrofon' untuk menyebarkan pesan pemangku kepentingan lain.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ini berfungsi sebagai platform penting untuk mendorong kolaborasi dan dialog di antara para pemangku kepentingan utama dalam adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Sedangkan tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, khususnya melalui inovasi di sektor energi. Beberapa topik utama yang akan dibahas meliputi dekarbonisasi sektor pendingin, jalur menuju emisi nol bersih, peningkatan efisiensi energi, dan dekarbonisasi sektor bangunan.

Pada kesempatan itu, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi (Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi/ EBTKE) Kementerian ESDM, membuka konferensi dengan menyampaikan pidato utama mengenai strategi mitigasi perubahan iklim Indonesia di sektor energi.

Dalam kesempatan ini, Eniya Listiani Dewi juga meluncurkan Rencana Aksi Nasional Pendinginan (NCAP) dan Dokumen Panduan Audit Kerja Energi Paket Pendingin Air Sejuk atau Chiller.

Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi (Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi/ EBTKE) Kementerian ESDM

 

“Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32% hingga 43% pada tahun 2030. Namun kita juga membutuhkan investasi sebesar $55 miliar guna mencapai mencapai emisi nol bersih pada tahun 2030,” papar Eniya Listiani Dewi.

Eniya Listiani Dewi menambahkan, guna mempermudah investasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rencananya akan mengeluarkan Peraturan No 11/2024 untuk mempercepat pengembangan infrastruktur listrik, dengan prioritas pada produk domestik.

Peraturan ini diharapkan bisa mengatasi isu konten lokal, khususnya dalam proyek energi terbarukan, seperti panel surya.

“Kami akan meluncurkan aturan ini besok, dan konferensi ini adalah langkah nyata dalam mencari upaya guna mencapai target tersebut," jelas Eniya.

 

Pencapaian Proyek Energi Bersih dan Dukungan Internasional

Eniya juga memberikan catatan penting bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam penurunan emisi melalui berbagai program energi bersihnya terutama sejak diimplementasikannya Peraturan Pemerintah No.33/2023 tentang Konservasi Energi.

Sehingga semua sektor energi, baik itu industri, penyedia jasa energi, transportasi, sektor gedung, bahkan pemerintah daerah hingga pusat, diserukan untuk melakukan manajemen energi, terutama jika pengguna energi mempunyai konsumsi energi melebihi ambang batas tertentu.

Salah satu capaian lainnya yang menurutnya sangat signifikan adalah tentang  Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) & Label Tanda Hemat Energi (LTHE), Indonesia telah berhasil melakukan penghematan energi sebesar 2,07 TWh, penghematan biaya listrik sebesar IDR 3 triliun, dan pengurangan emisi sebesar 2,18 juta ton CO2 (EBTKE, 2003).

Selanjutnya Eniya memaparkan bahwa SKEM pada alat-alat elektronik yang digunakan sehari-hari,  seperti AC, penanak nasi, kipas angin, kulkas, lampu LED, televisi, dan RTC, diharapkan pada tahun 2025 bisa mengurangi puncak beban listrik sebesar 599 MW dan menghemat energi sebesar 3,0 TWh.

Sedangkan pada tahun  2030 bisa mengurangi beban listrik sebesar 787 MW dan menghemat energi sebesar 3,8 TWh. “Karena itu saya mendorong dan merekomendasikan bapak-bapak dan ibu-ibu untuk membeli produk-produk elektronik yang telah ada tanda SKEM dan LTHE bintang lima. Contoh  AC, kipas angin, penanak nasi, lampu LED, TV, RTC,” jelas Eniya.

Dalam hal energi terbarukan, Eniya menjelaskan, penggunaannya di Indonesia masih 13,2%, dan hal itu masih dibawah target 23% yang ingin dicapai hingga tahun 2025. Kendati demikian dia optimis karena potensi energi terbarukan di Indonesia juga sangat signifikan, terutama matahari, hidro, bioenergi, geothermal, dan energi laut.

Terkait hal ini Eniya menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak bekerja sendirian untuk mencapainya. Ia berharap banyak pihak bisa berkolaborasi dan berkontribusi.

“Kami berharap konferensi ini dapat menjadi titik awal bagi kolaborasi yang lebih luas dalam mengatasi tantangan perubahan iklim,” kata Eniya Listiani Dewi.

Dalam kegiatan konferensi ini juga digelar berbagai beberapa sesi talkshow dengan menampilkan para pembicara kunci dari berbagai lembaga yang telah melakukan berbagai upaya dalam memitigasi perubahan iklim, antara lain Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), Energy Agency (IEA), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Narasumber KTT Indonesia’s Climate Change Mitigation Efforts in the Energy Sector

Selain itu, beberapa mitra pembangunan ESDM dan serta para pelaku industri dan asosasi jurnalis seperti Society of Indonesian Environmental Journalists atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) yang akan berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang masa depan sektor energi di Indonesia dalam rangka mencapai target e-NDC.

Konferensi ini juga menjadi platform bagi para jurnalis untuk memahami lebih dalam tentang upaya-upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia dan bagaimana mengkomunikasikannya kepada masyarakat.

Sebagai informasi tambahan khusus SIEJ sejauh ini cukup aktif dalam menyuarakan dan mengkampanyekan Efisiensi Energi terkait SKEM dan LTHE bersama CLASP, sebuah NGO yang berfokus pada pengurangan emisi karbon untuk peralatan elektronik sehari-hari, yang kini juga mendukung kerja-kerja EBTKE di sektor ini.

 

Share