Editor Meeting#4 : Menakar Peran G20 dalam Mengatasi Dampak Krisis Iklim
Tiga isu prioritas mengenai lingkungan akan menjadi fokus dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 bertemakan Recover Together, Recover Stronger. Ketiga isu tersebut yaitu dukungan pemulihan lingkungan yang lebih berkelanjutan; meningkatkan tindakan berbasis darat dan laut untuk mendukung perlindungan lingkungan dan tujuan iklim; serta meningkatkan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan dan tujuan iklim.
Ini menjadi diskusi dalam kegiatan Editor Meeting secara virtual dengan tema “Menakar Peran G20 dalam Mengatasi Dampak Krisis Iklim" yang diselenggarakan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), Sabtu (12/3).Isu lingkungan menjadi agenda global sebagai tanggungjawab setiap negara dalam rangka penyelamatan bumi akibat perubahan iklim.
Dalam paparannya, Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Zenzi Suhadi mengatakan, persoalan perubahan iklim sudah sangat sering diperbincangkan, namun solusinya jarang diungkapkan.
“Sumber emisi terbesar di Indonesia berasal dari sektor berbasis lahan termasuk kebakaran lahan dan hutan. 33% emisi dari sektor energi dan 53% dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan," kata Zenzi.
Pada kesempatan yang sama, Co Chair Youth20 (Y20) Gracia Paramitha mengatakan, bahwa isu perubahan iklim selalu menjadi agenda tahunan G20 sejak tahun 2009. Namun menurutnya, yang akan dibicarakan pada pertemuan internasional fokus pada energi transisi bukan iklim.
“Kenapa yang dibicarakan bukan iklim, melainkan energi? Karena sebelumnya pada KTT G20 di Roma, energi disebutkan sebagai salah satu dari tiga besar penyebab krisis iklim terutama dari sektor pertambangan dan mineral. Makanya jadi jargon, bukan di G20 saja namun perhelatan global lainnya," kata Gracia.
Dikatakan, poin penting dari pembahasan transisi energi di antaranya yaitu akses energi, teknologi energi bersih dan pendanaan.
Sementara itu, Irvan Imamsyah, Supervising Assignment Editor CNN Indonesia TV mengingatkan pentingnya media untuk dapat membingkai isu perubahan iklim menjadi isu yang lebih dekat dengan masyarakat.
“Kita butuh mengkontraskan agar isu-isu yang dibahas oleh pemimpin G20 bisa terhubung dan mendapatkan atensi masyarakat yang terdampak langsung oleh perubahan iklim. Saat ini, isu perubahan iklim masih dianggap sebagai isu elit dan tidak mudah dipahami oleh masyarakat," kata Irvan.
Plt. Ketua Umum SIEJ, Joni Aswira Putra dalam sambutannya mengatakan SIEJ berharap kegiatan editor meeting ini dapat mendorong media untuk semakin menyuarakan isu perubahan iklim pada G20 dengan pengemasan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
“Bagi publik, G20 ini masih elitis sekali. Seringkali jurnalis kurang maksimal
menerjemahkan isu ini ke dalam informasi yang popular dan mudah dipahami masyarakat," ujar Joni.
Negara-negara anggota G20 adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.