x

Editor Meeting #5 : Momentum G20, Masa Depan Energi Berkelanjutan

Sebagai penghasil emisi dominan di seluruh dunia, 75% negara-negara G20 belum sesuai dengan konsekuensi yang mereka timbulkan.

Negara berkembang masih banyak yang mengejar pertumbuhan ekonomi sehingga banyak aksi-aksi yang tidak sesuai dengan transisi energi maupun adaptasi dari konsekuensi krisis iklim. Hal ini diungkapkan Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) saat paparan dalam kegiatan Editor Meeting secara virtual dengan tema “G20: Masa Depan Energi Berkelanjutan", yang diselenggarakan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), pada Sabtu (9/4/22).

“Indonesia termasuk negara yang dinilai oleh Climate Action Tracker sebagai negara yang aksi iklimnya masih perlu ditingkatkan.  Tidak hanya menilai dari sisi energi dan power system saja namun juga dekarbonisasi, sistem transportasi, kehutanan, lahan dan lain-lain sehingga bisa memberikan gambaran lengkap," papar Citra.

Marlistya Citraningrum menekankan bahwa saat ini energi sudah menjadi kebutuhan dasar sehingga momentum pertemuan G20 ini bisa menjadi sarana untuk membicarakan langkah strategis terkait transisi energi.

“Kebutuhan dasar bukan lagi sandang pangan dan papan. Tapi juga kebutuhan energi seperti listrik. Ini akan menjadi dua tambahan masalah pembangunan," imbuh Citra.

Dalam diskusi virtual ini, SIEJ juga menghadirkan narasumber dari Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM & Chair Energy Transitions Working Group (ETWG) G20 Yudo Dwinanda Priaadi, dan  Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam.

Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, G20 merupakan negara yang sangat berpengaruh terkait transisi energi dimana secara global anggotanya menguasai perdagangan dunia. Tiga negara produsen terbesar migas merupakan anggota G20 yaitu Amerika Serikat, Rusia dan Arab Saudi.

“Kita perlu usaha mendongkrak pembangkitan energi bersih dan mendorong energi efisien mengingat kebutuhan yang sangat besar dan dibutuhkan semua pihak. Terkait dengan proyek baru energi terbarukan, efisiensi ujungnya kita butuh real investment, karena tanpa investasi nyata laju energi akan lebih lama," kata Yudo.

Menurutnya, ada pergeseran paradigma, bagaimana menggunakan energi juga sumber energinya. Ada perubahan pekerjaan yang diantisipasi dunia, termasuk Indonesia.  

Pada kesempatan yang sama, Medrilzam mengatakan transformasi ekonomi sangat berkaitan dengan energi terbarukan. Melalui inisiatif ekonomi hijau, Indonesia fokus untuk mendatangkan investasi yang tidak lagi merusak lingkungan namun dapat menurunkan emisi.

“Sektor energi menjadi vehicle untuk kita mencapai upaya transformasi ekonomi. Harapannya ini menjadi bagian utama dalam RPJMN kita di 2025-2045. Dalam G20 ini harus kita dorong bersama, bukan hanya Indonesia, namun komitmen semua negara yang tergabung. Teknologi dan Investasi menjadi kata kunci, karena percuma tidak akan ada transisi energi tanpa dua kunci ini," kata Medrilzam.

Di kegiatan editor meeting#5 ini, isu yang diangkat terkait dengan perhelatan pertemuan G20 November mendatang. Isu ini penting mendapat prioritas dimana salah satu agenda prioritasnya berkaitan dengan masa depan energi terbarukan dari negara-negara anggota G20 seperti Afrika Selatan, amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerma, Kanada.

Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal SIEJ, Joni Aswira Putra mengatakan SIEJ berharap kegiatan ini dapat mendorong media untuk terus peduli terhadap lingkungan dan menyuarakan isu transisi energi, khususnya dalam peliputan guna mencapai target ambisius penurunan emisi, penggunaan EBT, dan mempercepat transisi energi dalam menghadapi perubahan iklim global.

“Isu ini relevan sekali karena sektor energi adalah mitigasi penting dalam pengendalian perubahan iklim. Semoga hasil diskusi ini dapat memunculkan perspektif baru, karena rekanrekan di sini semua pemangku kebijakan media, yang dapat mempengaruhi desk liputan serta khususnya dapat menjamah masyarakat umum" ujar Joni.

Share