x

Menjaga Sungai Subayang, Demi Keseimbangan Alam

Jernihnya air bak permata hijau yang membelah dua provinsi di Sumatera tampak tenang dihuni jutaan organisme dan menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat. Air yang mengalir dari hulu ke hilir mengantarkan banyak orang ke lokasi yang dituju. Air itu melewati bebatuan warna-warni. Meski tak terlalu dalam, air di sungai itu adalah pengharapan bagi jutaan orang di sekitarnya. Namun di balik tenangnya, sungai itu menghadapi tantangan untuk tetap bisa mengalir.

Adalah Daerah Aliran Sungai Kampar sepanjang lebih kurang 413,5 km yang terbentang dari Provinsi Riau hingga Sumatera Barat. Hulu sungai berada di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat ini bermuara ke Kuala Kampar dan Pelalawan, Riau. Das Kampar melewati Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Kampar Kanan letaknya berdekatan dengan Ibu Kota Kabupaten, yaitu Bangkinang dan sekitarnya. Sedangkan Kampar Kiri berbatasan langsung dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hulu dan Sumatera Barat.

Sungai Subayang yang lebarnya antara 100 meter hingga 143 meter ini berada Kecamatan Kampar Kiri Hulu (biasa disebut dengan Kampar Kiri) digunakan sebagai sarana transportasi yang bermula dari pelabuhan rakyat di Desa Tanjung Belit. Tampak banyak orang hilir mudik dari dan menuju ke hulu sungai pada 13 Desember 2022. Selain itu sungai ini juga digunakan sebagai sumber penghidupan seperti mandi, mencuci, dan minum itu tak ada yang bisa menjamin sampai kapan bisa digunakan. Butuh berbagai upaya untuk tetap membuatnya lestari.

Sungai Subayang, saat ini menjadi permata karena letaknya yang berada di kawasan suaka marga satwa Rimbang Baling, jauh dari kesan bising, ramai, dan kotor seperti suasana perkotaan. Kawasan tanpa signal dan aliran listrik dari PLN tersebut masih sangat asri dan bersih. Sungai Subayang, yang diapit bebukitan itu dihuni oleh masyarakat desa yang masih menjunjung tinggi adat istiadat. Tidak hanya itu, ketika melintasi Sungai Subayang, kita akan bertemu banyak satwa endemik seperti siamang, babi hutan, burung jalak, dan satwa lainnya di pinggir sungai. Kawasan ini juga dihuni oleh harimau Sumatera (panthera tigris), endemik asli Sumatera yang saat ini terancam punah.

Komunitas Peduli Sungai, River Ambassador
Upaya pelestarian Subayang tidak hanya dilakukan oleh warga sekitar, tetapi juga oleh sekelompok generasi muda yang menamakan diri sebagai River Ambassador. River Ambassardor banyak melakukan gerakan di sekitar Sungai Subayang sejak tahun 2016.

Komunitas ini aktif melakukan edukasi tentang pentingnya menjaga sungai. Menyasar anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan memberikan edukasi tentang pentingnya mengelola sampah agar tidak mencemari sungai. Komunitas ini tidak hanya koar-koar berteriak akan pentingnya menjaga sungai, tetapi melakukan aksi nyata secara langsung yang melibatkan anak-anak.

Beberapa kader River Ambassador memainkan boneka dengan suara yang demikian apik di hadapan adik-adik yang duduk beralaskan rumput di pinggir Sungai Subayang pada 25 Agustus 2019 di Desa Koto Lamo. Butuh waktu hampir dua jam untuk menjangkau tempat tersebut, namun adik-adik peserta susur sungai tetap antusias mengikuti kegiatan. Berbagai macam karakter diperankan dalam dongeng. Ada kalanya mereka harus menirukan berbagai suara hewan yang hidup di sekitar sungai.

Setelah melakukan susur sungai untuk melihat secara langsung keadaan sungai yang masih terjaga kelestariannya, mereka juga diajarkan cara mendaur ulang barang bekas menjadi benda yang bermanfaat seperti membuat tas dari pakaian bekas pakai. Hal ini bertujuan agar barang yang sudah tidak terpakai tidak dibuang langsung, mengingat sampah yang dibuang bisa mencemari sungai.

“Kami mengajak adik-adik untuk memahami bahaya sungai bila tercemar melalui dongeng. Dengan demikian adik-adik dapat dengan mudah memahami dampak pencemaran sungai secara langsung," kata Icha Ayin Anjeli (20), koordinator River Ambassador saat ditemui di Kota Pekanbaru pada 14 Desember 2021.

Hal ini tentu memberikan dampak secara langsung kepada anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut. Mereka juga akan memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar untuk turut menjaga sungai.

“Anak-anak itu akan becerita kepada keluarganya bahwa sampah yang dibuang langsung ke sungai akan berdampak buruk seperti rusaknya ekosistem air. Minimal mereka tahu kalau itu membuang sampah ke sungai bisa membuat ikan yang hidup di sungai menjadi mati karena sungai telah tercemar," tutup Icha.

Simak laporan Zulfa Amira selengkapnya di https://www.amirariau.com/menjaga-sungai-subayang-demi-keseimbangan-alam.html

Laporan ini didukung sepenuhnya oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJdan HSBC Indonesia.

Banner image : Pelabuhan rakyat di Sungai Subayang. Foto diambil pada 18 Desember 2020. (Credit title : Zulfa Amira / amirariau.com)

Share