REMBUG IKLIM - KOLABORASI JURNALIS DAN KALANGAN MUDA MEMITIGASI KRISIS IKLIM
Menyuarakan Krisis Iklim Lebih Dekat
Semarang - Dampak krisis iklim makin nyata terjadi tidak hanya di tingkat Global, melainkan di beberapa daerah di Indonesia. Meski demikian, masih sedikit kalangan dan pihak yang memahami bahwa fenomena seperti cuaca panas dan naiknya air laut--sebagai salah satu imbas dari krisis iklim--terjadi karena siklus alam seperti biasanya.
Oleh karena itu, mereka memerlukan edukasi, sosialisasi, dan informasi komprehensif mengenai krisis iklim kepada. Salah satunya kepada kalangan anak muda, yakni milenial dan generasi-z. Peran kaum muda tentang pemahaman tentang krisis iklim penting karena mereka menjadi generasi penerus penghuni Bumi, sekaligus calon pemimpin masa depan.
Climate Communication Specialist Yayasan Indonesia Cerah, Arie Rostika Utami menyebutkan, berdasarkan survei pihaknya dengan Indikator Politik Indonesia yang rilis pada Oktober 2021 menunjukkan, sebanyak 82 persen generasi muda mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap isu krisis iklim. Secara eksplisit, mereka khawatir krisis iklim berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan memengaruhi polusi udara di Indonesia.
Survei tersebut melibatkan 4.020 responden yang terdiri 3.216 responden usia 17--26 tahun dan 804 responden usia 27--35 tahun, yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia dan terdistribusi secara proporsional serta mewakili lebih dari 80 juta penduduk pada Pemilu 2024.
"Kaum muda perlu mendapatkan pemahaman mengenai persoalan lingkungan yang berdampak terhadap krisis iklim di Semarang. Selain itu, jurnalis dapat meningkatkan kolaborasi bersama mereka dalam menggali isu-isu krisis iklim yang berfokus pada audiens kalangan anak muda," katanya.
Menanggapi situasi tersebut, Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) bersama Yayasan Indonesia Cerah menginisiasi kerja kolaborasi antara jurnalis dan anak muda dalam memitigasi krisis iklim dalam kegiatan Rembug Iklim. Acara tersebut berlangsung di empat kota di Indonesia. Kota yang pertama adalah Semarang, Jawa Tengah.
Acara yang diadakan pada Sabtu, 27 Agustus 2022 di Djajanti Kitchen and Coffee itu diikuti oleh 30 peserta dari jurnalis, komunitas pecinta lingkungan, perwakilan BEM universitas, dan organisasi lintas agama.
Mereka berdiskusi bersama dengan tiga pembicara. Yakni jurnalis IDN Times, Dhana Kencana, Manajer Pengelolaan Pengetahuan dan Media WALHI Jawa Tengah, Patria Rizky Ananda, dan Dirut IKAMaT, Ganis R Efendi.
Jurnalis IDN Times, Dhana Kencana mengatakan, kolaborasi jurnalis dengan kalangan muda diperlukan untuk mendekatkan isu krisis iklim bisa lebih mudah dipahami oleh publik. Sebab, selama ini krisis iklim masih dipahami secara parsial atau sepotong-potong.
"Perlu konversi atau alih bahasa agar informasi yang disajikan bisa lebih mudah dipahami dan sederhana untuk dimengerti oleh publik, dari semua kalangan, termasuk anak muda," ujarnya.
Anak muda diharapkan bisa menjadi agent of change (agen perubahan) dan menjadi garda terdepan mengajak masyarakat untuk peduli pada persoalan krisis iklim. Di antaranya dengan adaptasi diri sendiri (individu) atau melalui gerakan kepedulian secara digital, menggunakan media sosial.
"Dengan posting di media sosial, mengenai adaptasi apa yang dilakukan untuk krisis iklim dalam kehidupan sehari-hari di media sosial, itu juga sudah menjadi jalan memitigasi. Harus dimulai dari hal kecil dan diri sendiri dulu. Seperti pilah sampah dan tidak menggunakan tas plastik" ujar Manajer Pengelolaan Pengetahuan dan Media WALHI Jawa Tengah, Patria Rizky Ananda.
Sementara itu, Dirut IKAMaT, Ganis R Efendi menjelaskan bahwa inisiatif-inisiatif berbasis individu anak muda untuk diperlukan dan digalakkan untuk menjawab permasalahan krisis iklim.
"Inisiatif dari kalangan muda itu bisa dilakukan dalam bentuk apa saja. Tidak perlu harus yang muluk-muluk dan harus aksi yang besar-besar. " tandasnya.
Setelah Semarang, acara Rembug Iklim SIEJ dan Yayasan Indonesia Cerah akan diadakan di Bali (3 September 2022), Yogyakarta (10 September 2022), dan Surabaya (17 September 2022).